Memaknai Perayaan Idul Adha Bagi Keluarga – Hari raya Idul Adha merupakan peringatan untuk memaknai ritual ibadah Nabi Ibrahim AS yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah menurut kalender Islam. Idul Adha dikenal sebagai Hari Raya Haji di mana kaum muslimin dari sepenjuru dunia berdatangan ke Makkah dan Madinah untuk melakukan rukun Islam kelima yakni berhaji. Selain itu, Idul Adha juga disebut Hari Raya Qurban karena umat Islam di mana pun berada akan menyembelih qurban.
Prosesi Idul Adha memiliki makna yang sangat dalam bagi kaum muslimin, karena prosesinya menyimpan hikmah besar bagi kehidupan, terutama untuk keluarga. Karenanya, sangat penting memahami hari raya tersebut bukan sekadar ritual semata, tetapi juga memaknainya dalam kehidupan sehari-hari.
source : instagram.com/natasha_farming
Belajar Makna Ketekunan Berdoa dari Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim AS termasuk rasul terbaik karena kesabaran dan ketaatannya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim dan istrinya diuji oleh Allah dalam hal susah memiliki keturunan. Di usianya yang lanjut, barulah Allah memberikan anak melalui istrinya Siti Hajar yakni Nabi Ismail AS dan melalui Siti Sarah yakni Nabi Ishaq AS. Ketekunan Nabi Ibrahim dalam berdoa menjadi panduan bagi keluarga muslim yang belum memiliki keturunan. Adapun doa yang beliau panjatkan kepada Allah SWT adalah sebagai berikut:
“Robbi hablii minash shoolihiin.”
Artinya: “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh].”(QS. Ash Shaffaat: 100)
source : instagram.com/cutest.sheeps
Memaknai Idul Adha melalui Kesabaran dan Keimanan dari Siti Hajar dan Ismail
Allah menurunkan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar dan putranya Ismail menuju ke lembah gersang yang tidak ada penghuninya. Termpat itu menjadi cikal bakal kota Makkah. Pada saat itu di Makkah merupakan wilayah yang tandus dan tidak ada mata air. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka berdua dengan hanya berbekal kurma dan gentong berisi air.
Nabi Ibrahim menghadapkan wajahnya ke Baitullah seraya mengangkat tangannya untuk berdoa. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki pepohonan, yaitu di sisi Rumah-Mu yang suci. Mudah-mudahan mereka berterima kasih.” (QS. Ibrahim: 37)
source : www.pexels.com
Perintah Allah tersebut diterima Siti Hajar dengan ikhlas karena mengetahui bahwa Allah mempunyai maksud baik dan tidak akan menelantarkannya bersama sang anak. Sampai kemudian bekal persediaan mereka telah habis dan air susunya mengering, Siti Hajar tidak tega melihat Ismail kehausan. Lalu ia berlari ke bukit Shafa dengan harapan akan bertemu dengan seseorang yang dapat dimintai pertolongan. Karena tidak ada siapa-siapa, ia lari menuju bukit Marwa, begitu terus hingga tujuh kali. Di perjalanan terakhir, Siti Hajar melihat mata air keluar dengan derasnya dan meminum air tersebut lalu menyusui anaknya.
Makna keteguhan hati Siti Hajar kemudian direfleksikan sebagai salah satu ibadah haji yakni Sa’i. Dan air yang keluar tersebut sampai sekarang masih terus memancarkan mata air Zamzam yang dapat dinikmati seluruh umat muslim yang menunaikan haji. Dengan adanya mata air tersebut, membuat kota Makkah menjadi subur. Di kemudian hari mendatangkan orang-orang untuk bermukim dan memakmurkan tempat tersebut.
source : instagram.com/cutest.sheeps
Berkurban adalah Manifestasi Ketakwaan yang Tinggi
Nabi Ibrahim kembali diuji ketakwaaannya saat perintah menyembelih anaknya datang. Bayangkan, setelah lama belum dikaruniai anak dan kemudian Allah mengabulkannya, lalu Allah menyuruh Nabi Ibrahim meninggalkan Ismail di kota Makkah. Setelah terpisah lama, kemudian datang perintah untuk menyembelihnya. Nabi Ibrahim menyampaikan perintah tersebut yang dituangkan dalam firman Allah berikut ini:
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” (QS As-Safaat: 37)
Perintah tersebut dijawab oleh Nabi Ismail sebagai berikut:
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-Safaat: 37)
Kemudian keduanya berjalan ke padang pasir yang tandus di bawah terik matahari. Di saat akan menyembelih leher anaknya, kemudian Allah menggantinya dengan binatang sembelihan.
source : instagram.com/cutest.sheeps
Dalam perjalanan menuju penyembelihan, Nabi Ibrahim mendapat bisikan dari setan yang mempertanyakan tugas tersebut. Namun, Nabi Ibrahim menepisnya dengan melemparkan batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu Akbar.” Kegiatan melempar batu tersebut menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yaitu lempar jumrah.
source : instagram.com/ppravinkamble
Makna yang terkandung dalam peristiwa itu adalah sebagai bentuk ketakwaan paling tinggi kepada Allah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Bagaimana seorang anak yang dicintainya harus dikorbankan, rupanya mendapat ganjaran dari Allah dengan menukarnya menjadi hewan sembelihan. Hal itulah yang mendasari Hari Raya Qurban untuk memaknai ketakwaan kepada Allah SWT.
source : instagram.com/our_little_big_adventures
Karenanya di zaman sekarang, jika nabi Ibrahim diuji dengan melepas anak yang disayanginya, kita diuji dengan melepas harta yang kita cintai. Bagaimana seorang yang mampu mengeluarkan harta untuk membeli hewan qurban diuji apakah sanggup mengeluarkan hartanya demi membeli hewan qurban pada hari raya Idul Adha.
source : instagram.com/natasha_farming
Banyak makna yang terkandung dalam perayaan Idul Adha, yang tujuannya tentu adalah mengharapkan ridha Allah SWT. Karena pencapaian terbesar dalam hidup manusia adalah apabila dalam setiap gerak langkah kita senantiasa diridhai oleh-Nya. Kisah keluarga Nabi Ibrahim adalah kisah yang indah dan sarat makna yang dapat digali oleh keluarga muslim di sepenjuru dunia. Karenanya, memaknai perayaan Idul Adha bukan lagi sekadar menyembelih hewan qurban semata. Semoga apa yang telah diupayakan mendapatkan berkah bagi kehidupan. Terima kasih telah menyimak ulasan ini. Selamat hari raya Idul Adha bagi idewedding lovers yang merayakan.
Leave a Comment