Banyak faktor yang menjadi penyebab perceraian. Faktor-faktor tadi terakumulasi sehingga memuncak menjadi sebuah pertengkaran hebat yang berbuntut bagi terbukanya pintu perceraian. Oleh karena itu, selama menjalani dan melakoni bahtera rumah tangga jangan meremehkan persoalan sekecil apapun sehingga menjadi bertumpuk dan akan membuncah ketika benih-benih cinta mulai memudar. Seorang suami yang bijak akan selalu memelihara komitmen bersama yakni akan setia menjalani perkawinan dalam kondisi apapun.
Sang isteri pun demikian, dia akan selalu mencoba mengatasi perceraian dengan mengingat dan mengenang kembali ikrar dihadapan Tuhan. Aku dan engkau akan menjalani hidup bersama dalam untung dan malang. Aku akan tampil ketika engkau memanggil. Begitu juga engkau harus bersedia hadir ketika aku membutuhkan engkau. Komitmen ini bisa menjadi benteng dalam usaha membendung dan melawan perceraian.
Saling Introsfeksi Diri Dan Kontemplasi.
Pasangan suami isteri harus saling introsfeksi diri dan kontemplasi dalam usaha mengatasi perceraian. Dalam kontemplasinya masing-masing melakukan flashback bahwa ikatan perkawinan yang tersimpul diantara mereka bermula dari adanya keterlibatan {engagement} yang kental diantara mereka berdua bagaikan adonan roti yang tak terpisahkan. Aku dan engkau bersatu dalam kita. Aku selalu mendampingi engkau meskipun harus dipisahkan oleh kematian. Kematian bukan hal yang harus ditakutkan oleh kita, akan tetapi kematian dari rasa cinta-lah yang harus kita takutkan. Kontemplasi tersebut mampu melawan perceraian yang akan mengeliminasi penderitaan anak-anak sebagai korban perceraian.
Namun jika satu sama lain sudah mengalami jalan buntu, hingga gerbang perceraian sudah terlewati. Tidak ada jalan lain kecuali mencari cara mengatasi depresi akibat perceraian. Salah satu jalan adalah pasrah terhadap takdir Tuhan yang tak bisa diganggu gugat. Anggaplah perceraian sebagai pelabuhan yang harus disinggahi dalam perjalanan jauh dalam rangka menguak misteri kehidupan ini. Beri pengertian yang tepat kepada anak-anak agar mereka tidak broken home. Perceraian bukan The End of the world. Yakinkan itu.
Pengaruh Perceraian Terhadap Emosional dan Ekonomi Keluarga
Perceraian pasti akan memberikan dampak yang berarti dalam kehidupan Anda. Begitu Anda resmi bercerai dengan pasangan Anda, hidup Anda akan dimulai lagi dari awal lagi. Apakah Anda hendak terus menjadi bagus ataupun terus menjadi kurang baik, seluruhnya berhubungan pada kemampuan Anda serta upaya Anda juga. Perceraian pastinya juga akan berpengaruh pada kondisi emosional dan keadaan ekonomi keluarga Anda juga. Selain itu, jika Anda telah memiliki anak, maka perkembangan emosi anak bisa ikut terpengaruh.
Kehidupan ekonomi setelah bercerai dapat menjadi sulit terutama jika saat menikah dulu, Anda hanya sebagai ibu rumah tangga. Ataupun jika Anda bekerja, tetap saja pendapatan keluarga menjadi berkurang karena kehilangan satu orang pencari nafkah. Bantuan keuangan atau tunjangan yang diberikan oleh mantan pasangan Anda mungkin akan sedikit membantu namun seringkali tidak cukup untuk membiayai kebutuhan Anda dan juga anak terutama untuk jangka panjang yang akan datang.
Oleh sebab itu pastinya, Anda juga harus bisa melakukan sesuatu untuk menambah penghasilan keluarga yang Anda butuhkan. Anda harus bekerja entah bekerja sendiri sebagai wiraswasta, bekerja membantu saudara, ataupun bekerja kantoran. Dengan demikian, kehidupan ekonomi setelah bercerai dapat semakin membaik dan Anda juga bisa semakin mandiri dan tidak tergantung pada bantuan mantan pasangan atau keluarga besar.
Peceraian Mempengaruhi Emosi Pasangan Anda.
Perceraian akan mempengaruhi emosi pada pasangan yang bercerai. Kesedihan, kekesalan, serta merasa kandas kerapkali jadi emosi pada pasangan yang berpisah. Segeralah Kamu sadari kalau ketetapan yang Kamu bikin ini bila mau berpisah ini ialah ketetapan terbaik yang sudah terjalin dalam hidup Kamu. Jangan menganggap perceraian hanya kegagalan semata namun awal untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
Bagaimanapun, Anda dan mantan pasti sudah berpikir masak-masak mempertimbangkan alasan untuk bercerai. Untuk mengatasi ketidakstabilan emosi pada pasangan Anda yang ingin bercerai, Anda juga dapat sering menghabiskan waktu bersama keluarga besar dan anak tercinta untuk mengusir rasa sepi, Anda juga bisa melakukan banyak aktifitas di luar yang mungkin bisa membantu membangun sisi positif Anda.
Emosi pada pasangan Anda yang ingin bercerai harus segera didinginkan karena jika tidak akan berpengaruh pada perkembangan emosi anak Anda. Jangan sampai anak menjadi korban tidak bersalah dari perceraian Anda. Anda harus segera bersikap dewasa, belajar menerima situasi dan berniat untuk berjuang bersama anak Anda demi hidup yang lebih baik.
Dengan melihat tekad, keteladanan dan usaha Anda, anak juga akan lebih menghargai Anda, sehingga perkembangan emosi anak dapat mengarah ke arah yang baik. Sebaiknya segera komunikasikan perceraian dengan anak Anda, agar anak siap menerima kondisi dan memahami situasinya. Hal ini akan lebih baik untuk perkembangan emosi anak.
Leave a Comment