Makna Filosofis Rias Paes Ageng Jogja – Mengulik inspirasi dari pernikahan adat nusantara tidak ada habisnya. Selain membahas tentang upacara adat yang memiliki kekhasannya di setiap daerah, riasan serta baju pengantin ternyata memiliki makna filosofis yang tak kalah menarik untuk dibahas. Menghadirkan kosep adat Yogyakarta dalam pernikahanmu akan memunculkan momen-momen sakral serta pengharapan di setiap detail riasannya.
Sebenarnya rias pengantin Paes Ageng hanya boleh dilakukan oleh keturunan dan kerabat kerajaan. Tata rias ini dulunya hanya dikenakan oleh para puteri-puteri dalem Sri Sultan di dalam Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sedangkan masyarakat biasa di luar Kraton mengenakan tata rias pengantin Yogya. Namun, semenjak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono ke-IX beliau mengizinkan masyarakat umum untuk mengenakan riasan Paes Ageng dalam pernikahan mereka.
Apa saja makna filosofis rias pengantin Jogja? Simak ulasannya berikut ini.
Paes Prada
Tata rias dahi adalah tata rias khas untuk pengantin adat Jawa yang lazim disebut paes. Pada rias pengantin wanita Paes Ageng Jogja ini, tata rias diawali dengan membuat cengkorongan atau riasan berbentuk runcing pada dahi. Riasan ini kemudian dihitamkan dengan bahan yang disebut pidih. Selanjutnya, di bagian tepi cengkorongan diberi ketep berwarna emas serta serbuk emas yang disebut prada.
Cithak
Di bagian tengah cengkorongan diberi hiasan dari ketep dan prada yang berbentuk segitiga dan belah ketupat. Hiasan tersebut dikenal dengan motif kinjengan atau capung. Di tengah-tengah dahi, di atas ketinggian kedua alis diberi hiasan berbentuk belah ketupat dari daun sirih yang disebut cithak. Cithak diletakkan tepat di tengah-tengah sebagai perlambang bahwa seorang wanita harus fokus, berpandangan lurus ke depan, dan setia.
Alis Menjangan
Salah satu riasan yang mencolok dalam Paes Ageng Jogja adalah bentuk alis yang ujungnya berukir seperti tanduk rusa atau yang dalam bahasa Jawa disebut menjangan. Karena rusa adalah hewan yang cerdik, cerdas dan anggun, artinya perempuan harus memiliki ketiga karakter tersebut. Selain alis, yang tampak berbeda dari riasan ini terdapat pada mata yang diberi celah-celah disebut jahitan mata. Fungsinya adalah agar mata tampak indah dan memberi kesan redup.
Cunduk Mentul
Cunduk mentul adalah aksesoris yang disematkan di kepala dengan posisi menjulang tinggi ke atas. Cundul mentul terdiri dari lima atau tujuh buah yang berbentuk bunga. Jumlah cunduk mentul yang digunakan oleh pengantin rupanya memiliki makna filosofisnya tersendiri. Jika dipasang sebanyak lima, maka melambangkan rukun Islam yang jumlahnya lima. Selain itu perlambang jumlah lima merupakan simbol lima nafsu manusia yaitu kasih sayang, kenikmatan, keinginan, kekuasaan, dan kesucian.
Bentuk ini mengandung makna bahwa pengantin wanita diharapkan dapat menguasai kelima nafsu tersebut agar dapat menjadi wanita yang utama dalamm rumah tangganya. Apabila memasang sebanyak tujuh, diartikan sebagai pertolongan, ditarik dari bahasa Jawa angka pitu yang dimaknai sebagai simbol pitulungan.
Pethat Gunungan
Pethat atau sisir gunungan diletakkan di depan cunduk mentul. Bentuknya yang menyerupai gunung menandakan bahwa perempuan adalah sosok yang harus dijaga dan dihormati oleh suaminya, mengingat gunung dipercaya sebagai tempat yang sakral bagi masyarakat Jawa.
Centhung
Aksesoris ini berjumlah dua buah yang bentuknya menyerupai gerbang yang dipasang di sisi kanan dan kiri kepala. Keberadaan centhung memiliki makna bahwa perempuan telah siap untuk menuju ke gerbang baru kehidupan pernikahan bersama pasangannya. Selain itu centhung juga merupakan simbol bahwa alam pikiran manusia seharusnya ditujukan kepada Allah. Manusia dapat menjadi hamba Tuhan yang menyatu dengan Allah (manunggaling kawula Gusti) dengan cara menunduk dan bersujud dahulu kepada-Nya, kemudian menengadah untuk memohon ampunan dan keselamatan.
Subang Ronyok
Subang ronyok merupakan hiasan yang dikenakan pada telinga kanan dan kiri dan terbuat dari emas berlian. Wujud subang yang bercahaya memiliki makna meningkatnya pengetahuan manusia melalui cahaya kehidupan dan harapan terciptanya sesuatu yang abadi.
Kalung Susun
Kalung susun atau tanggalan merupakan hiasan leher yang terdiri tiga lempengan yang diikat menjadi satu susunan. Kalung ini mengandung makna adanya kemauan, adanya wujud, dan adanya
kehidupan. Selain itu, hiasan tersebut juga bemakna bahwa manusia mengalami tiga tahap dalam kehidupan, yaitu kelahiran, perkawinan, dan kematian.
Gelang Kana dan Cincin
Gelang kana merupakan bentuk hiasan yang melingkar di pergelangan dan jari manis. Ini mengandung makna sebagai ikatan atau aturan, bahwa pengantin terikat dengan pernikahan dan bahwa gerak tangan harus menyatu dengan hati tanpa batas. Gelang kana juga merupakan perlambang kesetiaan bagi para wanita.
Kelat Bahu Naga
Kelat bahu naga adalah hiasan yang dipasang pada kanan dan kiri lengan atas. Bentuknya naga yang kepala dan ekornya bertautan merupakan simbol bersatunya pola rasa dengan pola pikir. Selain itu kelat bahu naga melambangkan harapan untuk mendapatkan rezeki dan kekuatan dalam menjalani kehidupan.
Menikah dengan menggunakan konsep adat menjadi impian sebagian calon pengantin. Menggunakan adat Jogja tidak hanya menghadirkan kesan sakral, tetapi juga sarat makna. Semoga artikel ini dapat menginspirasi idewedding lovers yang merencanakan pernikahannya. Jangan lupa mengunjungi artikel tentang pernikahan lainnya di website ini.
Leave a Comment