Pernikahan Adat Minangkabau, Sakral dan Penuh Makna – Adat Minang memiliki kekayaan khazanah budaya yang sangat menarik untuk diulas. Apalagi dalam prosesi dan tata cara pernikahan, banyak sekali nuansa budaya yang kental untuk dipahami bagi masyarakat luas. Setelah sebelumnya mengulas tentang prosesi pra pernikahan adat Minang, kali ini akan dilanjutkan dengan prosesi saat hari H pernikahan. Apa saja yang menarik dari pernikahan adat Minangkabau baik dari segi penyelenggaraannya maupun makna filosofis yang ada di dalamnya? Simak uraian berikut ini.
Manjapuik Marapuai
Prosesi ini adalah penjemputan pengantin pria menuju ke rumah pengantin wanita. Ini merupakan momen penting dalam adat pernikahan masyarakat Minangkabau karena pada momen inilah sebagai pembuka sebelum akad nikah dilangsungkan. Saat prosesi tersebut, dibarengi dengan pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda bahwa ia siap menikah dan sudah berada pada fase dewasa.
Rombongan keluarga pengantin wanita yang menjemput pengantin pria biasanya membawa sirih lengkap dalam carano sebagai pertanda bahwa mereka datang secara beradat. Selain itu mereka juga membawa nasi kuning singgang ayam, lauk pauk, kue-kue serta buah-buahan. Tak lupa sebagai bagian dari prosesi pernikahan, rombongan juga membawa pakaian pengantin pria lengkap.
Manyambuik di Rumah Daro
Di rumah calon mempelai perempuan, manyambuik di rumah anak daro adalah tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita. Momen ini merupakan perayaan besar yang diiringi bebunyian dari musik tradisional khas Minang yaitu talempong dan gandang tabuk, tak lupa hadir pula barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, yang disambut para dara berpakaian adat untuk menyuguhkan sirih.
Sirih menjadi perlengkapan ritual yang penting dalam adat Minang. Karenanya, perlengkapan yang digunakan dalam penyambutan tersebut juga mengandung sirih dalam carano adat lengkap. Selain itu, terdapat pula payung kuning keemasan, beras kuning, dan kain jajakan putih. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria yang disambut dengan tari Gelombang Adat timbal balik. Selanjutnya barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, kemudian sang mempelai pria berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
Akad Nikah
Kemudian akad nikah berlangsung antara calon mempelai pria dan wali yang menikahkan. Akad nikah dilangsungkan menurut tata cara Islam. Setelah akad nikah dinyatakan sah, kemudian dilanjutkan dengan serah terima sasarahan. Dalam serah terima tersebut wali pihak pria mewakilkan kepada sesepuh atau tokoh agama untuk menyerahkan mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai wanita.
Setelah penyerahan dari pihak laki-laki diterima, selanjutnya sambutan penerimaan dari mempelai wanita yang juga diwakilkan kepada sesepuh atau tokoh agama dari pihak keluarga mempelai wanita. Setelah selesai pembacaan doa dan ramah tamah, rombongan pengantin pria dipersilakan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.
Mamulangkan Tando
Sebelum prosesi pernikahan dilangsungkan, terdapat adat istiadat di mana pihak pria bertukar tanda dengan pihak keluarga wanita. Dalam prosesi itu diadakan pertukaran tanda berupa barang pusaka yang dipinjamkan sebagai syarat prosesi pernikahan. Setelah pengantin menikah, maka barang pusaka sebagai tanda jadi tersebut kembali dipulangkan ke kediaman keluarga pria.
Malewakan Gala Marapulai
Pada momen ini, dilakukan prosesi malewakan gala mmarapuai atau mengumumkan gelar untuk pengantin pria sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang diterima oleh pengantin pria.
Balantuang Kaniang
Balantuang Kaniang atau dalam bahasa Indonesianya adalah mengadu kening. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh sesepuh wanita di mana pasangan pengantin akan saling menyentuhkan keningnya. Mereka diharuskan duduk berhadapan dengan wajah dipisahkan kipas, lalu kipas diturunkan perlahan. Setelahnya kedua kening pengantin saling beradu atau balantuang.
Mangaruak Nasi Kuniang
Mangaruak nasi kuniang diawali dengan pasangan pengantin saling berebut daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning. Tidak hanya seremonial belaka, ternyata prosesi ini memiliki simbol bahwa dalam membina rumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang baik antara suami istri. Selain itu, pasangan suami istri haruslah saling menahan diri serta melengkapi dalam menghadapi bahtera pernikahan.
Bamaian Coki
Coki merupakan sebuah permainan tradisional Minang yang mirip dengan catur. Permainan ini dimainkan oleh dua orang dengan papan mirip halma. Ada makna mengapa permainan ini dsertakan dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau karena mengandung doa. Bahwa dalam menjalankan kehidupan berumah tangga sang pengantin harus saling meluluhkan keakuan dan ego masing-masing agar pernikahan dapat berjalan seimbang dan tetap rukun.
Tari Payuang
Tari Payuang adalah tari yang hadir dalam prosesi pernikahan adat Minang. Tarian ini menjadi simbol bagi tarian pengantin baru. Penari yang menggunakan payung menjadi perlammbang peranan suami sebagai pelindung istri.
Itulah tadi prosesi pernikahan adat Minangkabau yang sarat makna filosofis bagi pengantin. Penting kiranya pasangan pengantin dapat memahami setiap prosesi karena tidak hanya menjalankan kewajiban secara adat saja, tetapi alangkah pentingnya memaknai hal tersebut sebagai rangkaian doa dan pengharapan agar pernikahan berlangsung penuh berkah selamanya.
Terima kasih telah menyimak ulasan di atas dan jangan lupa mengunjungi artikel lainnya seputar pernikahan di website ini. Salam hangat.
Leave a Comment