Tradisi Pernikahan Adat Aceh yang Unik dan Mengesankan

Tradisi Pernikahan Adat Aceh yang Unik dan Mengesankan – Provinsi Aceh yang merupakan ujung barat Indonesia menjadi gerbang pintu awal bagi penjelajah Barat untuk memasuki kawasan Asia. Karenanya, budaya di Aceh mengalami akulturasi dari banyak perpaduan, yakni Arab, India, Eropa, bahkan Tionghoa. Perpaduan tersebut membentuk budaya serta kehidupan masyarakat Aceh, bahkan hingga ke prosesi pernikahan. Berikut adalah tradisi pernikahan adat Aceh yang unik dan mengesankan:

source : instagram.com/vceh.co

Ba Ranup, Tahapan Awal Prosesi Meminang

Ba Ranup dimaknai sebagai ba yang artinya membawa dan ranup yaitu sirih. Ba Ranup merupakan suatu tradisi turun temurun masyarakat Aceh yang masih dilaksanakan hingga sekarang yaitu momen ketika seorang pria melamar wanita. Dalam prosesi meminang, keluarga pria akan mendatangi pihak wanita yang dipinang. Namun, prosesi ini bisa pula melibatkan seorang yang dirasa bijak dalam berbicara sebagai utusan khusus yang disebut seulangke untuk mengurusi proses meminang.

Rombongan pihak pria datang ke rumah sang wanita dengan membawa seserahan yang terdiri atas sirih yang memiliki makna filosofis sebagai penguat ikatan. Pihak wanita akan meminta waktu untuk bermusyawarah mengenai diterima atau tidaknya lamaran tersebut.

source : instagram.com/cutratumeyriska

Jak Ba Tanda, Tahapan Pertunangan

Apabila lamaran diterima, rombongan pihak pria akan kembali datang untuk melakukan prosesi peukong haba. Peukong haba sendiri dimaknai sebagai peukong yang berarti perkuat, dan haba yakni pembicaraan. Hal tersebut memiliki arti bahwa peukong haba merupakan prosesi lanjutan di mana kedua keluarga membicarakan tentang rencana pernikahan, seperti kapan hari perkawinan akan dilangsungkan. Pada tahapan ini juga keluarga akan menetapkan berapa besar jeulamee atau uang mahar yang akan diterima oleh calon pengantin wanita. Pada tahapan ini, prosesi pertunangan atau Jak Ba Tanda (pembawaan tanda pertunangan berupa cincin) dilaksanakan.

source : instagram.com/vceh.co

Dalam kunjungan untuk melaksanakan pertunangan, keluarga pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh berupa buleukat kuneeng atau ketan berwarna kuning dengan tumphou atau tampah, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan. Ada hal menarik yang perlu dicermati dalam pemberian seserahan tersebut. Apabila ke depannya terjadi pembatalan ikatan pertunangan, jika penyebabnya adalah pihak pria, maka tanda emas perhiasa tersebut akan dianggap hilang. Namun apabila yang menjadi penyebab batalnya ada di pihak wanita, maka tanda emas tersebut harus dikembalikan dua kali lipat.

Moh Gaca, Upacara Memakai Inai

Tradisi pernikahan nusantara umumnya dihiasi dengan tradisi memakai inai yang memiliki nama dan prosesinya yang berbeda. Pernikahan adat Aceh mengenalnya dengan istilah moh gaca atau boh gaca. Prosesi ini dipengaruhi oleh kultur India dan Arab yang terdiri dari upacara peusiejeuk calon dara baro atau pemberian tepung tawar dan peusiejeuk gaca, serta bate mupeh yakni pemberian batu giling yang memiliki makna memberi dan menerima restu untuk pernikahan yang teriring harapan untuk keselamatan.

source : instagram.com/veramo.weddings

Seumono Dara Baro, Prosesi Memandikan Calon Pengantin Wanita

Sebelum pernikahan digelar, prosesi memandikan calon pengantin wanita dikenal dengan istilah Seumono Dara Baro, yang dilakukan oleh pemuka adat, keluarga pihak wanita, dan kerabat yang jumlahnya harus ganjil. Upacara ini diiringi pembacaan shalawat Nabi Muhammad dan biasanya dilakukan dengan iringan Tari Pho yang merupakan tarian daerah Aceh yang dilakukan oleh masyarakat. Setelah upacara Seumono Dara Baro kemudian dilanjutkan dengan Khatam Qur’an. Prosesi ini bertujuan agar calon pengantin wanita siap memasuki jenjang pernikahan dalam keadaan bersih dan suci, serta agar berlimpah rahmat dari Allah SWT.

source : instagram.com/artlabel_wo

Meugatip, atau Prosesi Pernikahan

Prosesi pernikahan diawali dengan ijab qabul yang biasanya dilangsungkan dalam bahasa Aceh. Pada zaman dahulu, kaum bangsawan menggelar pernikahan di rumah mempelai wanita dan dikenal dengan kebiasaan saling memberi hadiah atau teu men teuk, dari keluarga linto baro atau pengantin pria kepada  dara baro atau pengantin wanita, lalu dilakukan sebaliknya. Hadiah tersebut diberikan dalam jumlah yang ganjil. Setelah prosesi meugatip selesai, pengantin pria dikembalikan ke rumahnya untuk bersiap melakukan upacara Wo Linto yang akan berlangsung kemudian.

Wo Linto, Puncak Acara Pernikahan

Upacara Wo Linto menjadi puncak acara pernikahan adat Aceh yang merupakan penyambutan linto baro atau mempelai pria, dilanjutkan dengan prosesi seumemah ureung chik atau sungkeman. Kemudian, mempelai pria tersebut dan duduk di palaminan bersama mempelai wanita. Prosesi ini dimulai dengan pihak dara baro atau mempelai wanita yang menjemput rombongan linto baro dengan diiringi dengan berbalas pantun yang dikenal dengan istilah seumapa. Kemudian upacara dilanjutkan dengan acara tukar sirih oleh sesepuh dari masing-masing pihak mempelai. Acara selanjutnya adalah prosesi tepung tawar yang dimulai dengan mengambil sejemput beras kunyit, beras putih dan beretih. Kemudian ditaburkan melewati atas kepala, bahu kanan dan kiri orang yang ditepungtawarkan. Hal ini bermakna sakral bahwa terdapat pengharapan kepada seseorang yang diberikan tepung tawar agar dapat menjaga amanah pernikahannya dengan baik.

source : instagram.com/dandi_potret

Tueng Dara Baro, Mengundang Pengantin Wanita ke Rumah Mertua

Tujuh hari setelah pernikahan, diadakan upacara Tueng Dara Baro. Prosesi ini memiliki makna mengundang dara baro beserta rombongan keluarga ke rumah mertua. Pada acara ini dara baro didampingi rombongan datang membawa aneka kue sajian khas Aceh. Upacara ini dimulai dengan memberikan bawaan dan penukaran sirih oleh orangtua kedua belah pihak.

Tiba di gerbang pintu, dara baro disambut dengan ditaburi beras padi, bunga rampai, dan daun untuk tepung tawar. Prosesi berlanjut dengan mempelai wanita melakukan sungkem kepada ibu mertua, kemudian dilakukan penyerahan perhiasan oleh pihak keluarga pria kepada pengantin wanita. Setelah itu dara baro menginap selama tujuh hari di kediaaman linto baro sebelum kemudian kembali pada orang tuanya.

source : instagram.com/devifayza_rias_pengantin

Itulah tradisi pernikahan adat Aceh yang unik dan mengesankan. Banyak makna filosofis yang berarti bagi kedua pasangan pengantin agar pernikahan mereka diberikan keberkahan hingga maut memisahkan. Terima kasih idewedding lovers sudah menyimak artikel ini. Jangan lupa mengunjungi artikel menarik lainnya seputar pernikahan. Salam hangat.

More Reading

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prosesi Pernikahan Adat Jawa 2024

Inspirasi Baju Bodo untuk Pernikahan

Mengenal Tradisi Sangjit, Prosesi Lamaran Khas Tionghoa

4 Mitos Pernikahan Menurut Weton Adat Jawa